Anak-anak vs Sayuran: Sebuah Pertempuran Abadi?
Anak-anak dan sayuran mungkin tidak selalu berjodoh di rumah kita - entah sudah berapa banyak drama terjadi ketika kita dihadapkan pada situasi anak vs sayuran? Bersama Riska Dwi Noviyanti, Co-Founder & CBDO dari WeGrow dan Isnawati Sukendar dari komunitas Cookpad, mari kita terjun ke dunia sayur mini yang praktis dan menyenangkan!
Jengkel karena si kecil menyingkirkan sayuran dari piringnya? Atau, dia sudah mau makan sayur, tapi memilih menyingkirkan bagian tertentu, seperti batangnya?
“Microgreen adalah sayur yang ukurannya masih kecil dengan tekstur renyah sehingga lebih mudah dikunyah setiap bagiannya,” ujar Riska Dwi Noviyanti dari WeGrow. Ketika prioritas kita sebelumnya adalah menyodorkan sebanyak mungkin sayur ke si kecil, dengan microgreens kita bisa melengkapi kebutuhan sayur hariannya melalui ukuran yang mini. “Microgreen memiliki kepadatan nutrisi yang tinggi (nutrient dense food), sehingga walaupun kita memakannya tidak terlalu banyak, nutrisinya padat, termasuk dari batangnya. Makanya microgreens baik dikonsumsi anak-anak untuk mensupport kebutuhan nutrisi anak seperti vitamin, mineral, dll.”
Beralih ke kebun Isnawati Sukendar, salah satu pengguna Cookpad yang telah membagikan sejumlah resep microgreens yang menarik, kita melihat ada tauge, kangkung, sawi, wijen putih, kemangi, hingga bunga matahari yang ditanam di rumahnya.
Berbagai manfaat telah ia rasakan sejak rutin menanam dan memanen microgreen di rumah:
- Memenuhi nutrisi saat sedang diet
“Microgreen sangat bagus dikonsumsi, karena microgreen memiliki nutrisi yang lebih banyak daripada tanaman versi besarnya; dengan mengkonsumsi sedikit namun memenuhi keperluan nutrisi pada tubuh kita.” - Membuat suasana rumah lebih baik
“Manfaat menanam microgreen juga menciptakan ruang sekitar menjadi lebih banyak oksigen, sambil melatih kesabaran diri, saat merawat rutin microgreen.” - Sukacita saat panen
“Salah satu kesenangan menanam microgreen adalah singkatnya waktu tanam, biasanya dalam waktu 1 minggu sampai 2 minggu kita sudah bisa memanen hasilnya.”
Menurut Ibu Isna, semua bagian dari microgreen (daun dan batangnya) sangat mudah dikonsumsi, “Istimewanya microgreen adalah sayuran mini yang kaya nutrisi. Bagi anak-anak yang tidak suka makan sayur, cocok sekali karena mengkonsumsi sedikit microgreen memperoleh nutrisi yang sama banyaknya dengan jika kita mengkonsumsi sepiring sayuran yang mengenyangkan.”
Hal ini turut diamini oleh Riska, yang telah beberapa kali menyaksikan interaksi baik antara anak-anak dengan microgreens. Kebetulan, telah beberapa kali pula, WeGrow mengadakan workshop microgreens dengan peserta anak-anak. “Dari beberapa pengalaman workshop anak di WeGrow, anak yang diajak menanam ternyata lebih bersemangat memakan sayur karena mereka tahu proses menanamnya dan bahkan ikut merawatnya,” ujarnya. “Microgreen panennya hanya 2 minggu, lebih cepat daripada sayuran dewasa, anak tidak menunggu terlalu lama.”
Riska merekomendasikan beberapa tipe sayuran microgreen untuk anak: Microgreen caisim yang rasanya tidak terlalu kuat, microgreen sunflower yang rasanya nutty, microgreen red cabbage yang warnanya merah namun rasanya tidak berat.
Untuk pengolahannya bagi anak, menurut Bu Isna sebaiknya, “Bisa dicampur dengan makanan favorit anak misalnya sandwich, topping pizza, atau dibuat jus atau smoothies dengan campuran buah-buahan favorit anak.”
Sedikit tips tambahan dari Riska, “Mengolah microgreen dengan sayuran lainnya yang warna-warni dan anak familiar dengan sayuran tersebut seperti jagung yang warna kuning, wortel yang warna oranye, tomat yang warna merah, edamame yang warna hijau, sehingga makanannya jadi warna-warni dan menarik.”
Mulai dari Mana?
Untungnya, dibandingkan metode tanam konvensional, atau hidroponik misalnya, microgreen tergolong lebih hemat ruang; cocok untuk urban farming yang tinggal di apartemen, dan panen juga lebih cepat dibanding hidroponik atau yang konvensional.
“Sebaiknya pilih benih-benih yang mudah tumbuh tanpa menggunakan peralatan dan media tanam khusus yang perlu dibeli,” sambung Ibu Isna. “Misalnya tauge dan kangkung, yang paling mudah tumbuh dan tidak perlu perawatan ekstra. Setelah sukses bertanam microgreen yang mudah, maka perasaan percaya diri akan mendorong kita untuk mencoba bertanam microgreen yang lebih menantang, misalnya: Bunga matahari, wijen putih, sawi dan kemangi.”
Memanen microgreen pun cukup praktis. “Microgreen dipotong bagian batangnya menggunakan gunting yang tajam, cuci microgreen dengan air bersih dan mengalir, tiriskan microgreen; boleh langsung diolah dan dimakan secara mentah atau disimpan di container yang kedap udara supaya lebih awet,” tutur Riska.
Memasak dengan Microgreen
Di dapur Ibu Isna, kita dapat jumpai kangkung dan tauge sebagai dua item microgreen yang paling sering dimasak. “Karena rasanya pas dengan lidah orang Indonesia, cocok dipadankan dengan berbagai masakan Indonesia. Misalnya: Gado-gado, bakwan, atau tumis sayuran.”
“Ke depannya, saya ingin mencoba microgreen sorrel leaves (red veined sorrel); ini adalah varietas yang kurang populer karena cara tanamnya yang tidak mudah, tapi cukup menantang karena sayuran ini banyak digunakan untuk campuran salad di restoran dengan harga jual yang cukup mahal,” ujarnya.
Mau mendapatkan paket bertanam microgreens di rumah? Yuk kirimkan resep atau Cooksnapmu dengan #MasakSetiapBagian di Cookpad selama bulan Mei, karena bakal ada 5 paket microgreens yang dibagikan setiap minggunya untukmu yang beruntung!