Selamat datang di catatan harian guru Cookpad Mengajar. Kali ini, kita akan melihat indahnya saling berbagi, dengan Desmawati Kuretangin dari Kota Pariaman, Sumatera Barat, yang telah menuntaskan 5 kelas dalam waktu 2 bulan saja!
Masih teringat di benak saya, kenangan mengadakan kelas perdana bersama ibu-ibu PKK yang ada di sini dan para tetangga, berkoordinasi dengaan sekretaris desa dan istri kepala desa. Semalaman sebelum kelas, saya terpikir, “Aduh besok gimana ya? Bisa gak ya? Takut gagal membuat kuenya atau salah menyampaikan…”
Ketika pertama dimulai, awalnya grogi sekali; saya sempat bilang: “Maaf ya bu, saya grogi karena pertama mengajar.” Namun akhirnya setelah berjalan kelas, alhamdulilah lancar dan bisa berbaur sama para tetangga.
Pada umumnya, ibu-ibu di sini belum tahu apa itu Cookpad. Mereka sempat mengira, “Oh, udah banyak juga ya penghasilannya dari Cookpad?” Kemudian saya menjelaskan, “Di Cookpad itu tidak memberikan uang, tapi dengan Cookpad saya bisa berdiri di sini saat ini dan membagikan ilmu sebagai pengajar. Ilmu baking saya itu dari Cookpad.”
Bagi saya, bersama Cookpad memang menjadi pengalaman perdana mengajar tatap muka. Sebelumnya saya pernah demo masak bersama salah satu brand, tetapi dilakukan online. Bedanya sekarang audiencenya banyak, terus tetangga lagi. Mungkin kalau kita salah, sikap tetangga akan berubah. Tetapi pada akhirnya, saya jadi merasa lebih percaya diri karena sudah dibekali oleh Cookpad, jadi sudah agak pede.
Salah satu komentar peserta yang berkesan di hati, “Bagus ya kelasnya, bahannya terbuka dan dijelaskan detail, nggak ada yang disembunyikan.” Waktu itu saya mengajar cake batik, dan itu baru pertama kali mereka coba.
Meski menerima apresiasi dari peserta, saya tetap mengevaluasi diri. Contohnya, setelah evaluasi dari kelas pertama, saya gunakan timer dan jelaskan semakin detail pada kelas berikutnya.
Perasaan saya setelah kelas pertama tuntas, lega sekali dan jadi tahu rasanya mengajar. Ke depannya, teman-teman banyak juga yang japri, untuk meminta kelas kue khas Minang. Dari teman-teman di Facebook, mereka mintanya kelas online. Saya kaget juga lihat data setelah kelas, ada dari Australia, Jepang, Malaysia, dll. Ternyata mereka adalah masyarakat Minang yang merantau. Selain masyarakat Minang, ada juga yang bukan Minang, mereka ikut karena penasaran.
Hari ini, setelah mengadakan 5 kelas, yang paling berkesan yang terakhir di SMK. Saya datang hanya bawa bahan saja, perlengkapan ada di sekolah. Sekolah sama sekali tidak mempersulit, tidak ada birokrasi, dll. Yang kelas 1 itu belum pernah praktik; kelas dari rencana 2 jam jadi 3 jam karena mereka lebih butuh dipandu. Tapi mereka antusias sekali, sampai berkata di akhir kelas, “Bu, boleh nggak kita buat grup?” Mereka buat grup WA lalu saya ditambahkan. Sampai sekarang mereka masih tanya-tanya ke sana di grup itu. Sikap dan respons para siswa kala itu membuat saya senang. Seusai kelas, para guru juga berkomentar, boleh lagi kalau ada tim Cookpad yang mau datang.
Kelas ketiga saya, menjadi yang paling ribet. Waktu itu hari hujan, saya bawa barang-barang, kukusan besar, dan hampir terjatuh. Kalau di sini jalannya bolong-bolong. Alhamdulilah, saya tidak kenapa-kenapa. Besoknya saya baru kembali lagi. Setelah mengajar, peralatan saya tinggal dulu. Itu saya dua hari bolak-balik, sekali trip 30 menit-1 jam. Pas bawa barang, pelan-pelan. Saya senang karena semua peserta datang meski cuaca tidak menentu. Mereka semangat karena ini kelasnya gratis. Waktu itu saya mengajar batik cake juga. Mereka bahkan bersedia juga kalau misalnya ada kelas lagi dan mereka juga bersedia sediakan bahannya.
Ketika ada yang bertanya, mengapa bersedia berbagi ilmu/mengajar gratis? Karena saya sudah terbiasa sharing di Cookpad, tidak ada hitung-hitungan. Tidak masalah. Buat saya yang penting ibu-ibu di sini dapat ilmu.
Konsep Cookpad Mengajar ini sudah sesuai impian lama saya untuk mengajar. Setelah kelas-kelas pembinaan, saya merasa sangat terbantu dan dikuatkan. Kalau tidak ada pembekalan, saya nggak mungkin bisa se-pede ini. Ke depannya saya ingin tetap mengajar, online maupun offline. Selain kue batik, juga kue-kue khas Minang.