Cookpad Peduli Kanker Payudara

Cookpad bekerja sama dengan Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) melakukan bincang-bincang santai seputar Kanker Payudara pada Jumat (25/10) siang. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka memperingati Bulan Peduli Kanker Payudara Internasional yang diperingati setiap bulan Oktober setiap tahunnya.

Soegianto selaku CEO Cookpad Indonesia menyampaikan tujuan diadakan acara ini untuk meningkatkan kewaspadaan para perempuan terhadap kanker payudara, mendukung masyarakat yang tengah berjuang melawan kanker payudara, serta menyebarkan pentingnya membangun kesadaran masyarakat terhadap kanker payudara stadium lanjut.

Soegianto bersama relawan YKPI (Yayasan Kanker Payudara Indonesia)

Acara ini dihadiri oleh relawan YKPI sekaligus penyintas kanker payudara, ibu Nani Firmansyah dan ibu Arini selaku narasumber, para karyawan Cookpad yang mayoritas perempuan dan perwakilan dari komunitas kreator resep Cookpad yang berdomisili di wilayah Jakarta. Pada kesempatan ini, ibu Nani Firmansyah bersama ibu Arini membagikan kisah mereka dalam perjuangannya untuk sembuh dari kanker payudara.

Perjuangan Melawan Kanker Payudara

Ibu Nani memulai ceritanya dengan membuka fakta bahwa kanker menempati posisi kedua setelah jantung sebagai penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat Indonesia. Beliau melanjutkan, jenis kanker pun bermacam-macam, namun yang paling tinggi adalah kanker payudara.

Ibu Nani Firmansyah

Sebagai relawan YKPI, ibu Nani membantu mengelola rumah singgah penyintas kanker payudara. Ada berbagai penyintas datang dari berbagai daerah di Indonesia tinggal di rumah singgal selama masa pengobatan di RS Kanker Dharmais. Beliau mengamati bahwa dalam waktu belakangan usia para pasien kanker payudara semakin muda. Hal ini menjadi peringatan untuk kita semua bahwa kanker bisa menyerang siapa saja: anak/dewasa, tua/muda, pria/wanita.

Terkenang dalam ingatan ibu Nani ketika berkunjung ke rumah singgah, banyak di antara pasien kanker datang dengan keadaan lemas dan lesu oleh karena stigma penyakit kutukan dan penyakit menular yang disematkan kepada mereka. Lebih parah lagi, banyak di antara mereka mengaku takut untuk mengonsumsi berbagai jenis makanan oleh sebab dampak buruknya bagi tubuh mereka. Padahal, segala informasi yang mereka terima belum tentu benar.

Namun begitu, ibu Nani mendorong mereka untuk makan dengan lahap, oleh karena proses kemoterapi akan membutuhkan kondisi tubuh yang prima. Pada beberapa kesempatan, ibu Nani membawa masakan sendiri untuk disantap bersama di rumah singgah. Dengan demikian, pertemuan di rumah singgah menjadi perjumpaan yang begitu menyenangkan.

Ada berbagai pengobatan untuk mengatasi kanker payudara. Pada tahapan stadium awal biasa dilakukan lumpektomi (operasi pengangkatan tumor penyebab kanker) dan radioterapi. Pada kanker yang telah memasuki stadium lanjut--pada beberapa kasus--dilakukan mastektomi (pengangkatan keseluruhan sel kanker).

Ibu Nani menjelaskan, setiap pengobatan tidaklah sama pada tiap orang yang menderita kanker payudara. Pertimbangan teknik pengobatan ditentukan sesuai dengan kondisi tubuh pasien juga tingkat penyebaran sel kanker dalam tubuh pasien tersebut.

Oleh sebab itu, ibu Nani tak henti-hentinya menyampaikan anjuran untuk memeriksakan diri sedini mungkin. Semakin cepat terdeteksi akan semakin mudah pengobatannya, semakin murah biayanya, dan semakin besar kemungkinan kesembuhannya. "Semua benjolan tidak harus kanker, tapi semua benjolan harus diwaspadai," ujar ibu Nani.

Pencegahan Kanker Payudara

Pada sesi selanjutnya, ibu Arini memperagakan bagaimana mendeteksi kanker secara dini dengan metode SADARI (Periksa Payudara Sendiri). SADARI bisa dilakukan oleh semua orang sebagai langkah dini pemeriksaan kanker payudara. Disarankan untuk melakukan SADARI setiap bulan di hari ke- 7 sampai hari ke-10 setelah haid pertama. Jika ditemukan gejala-gejala tidak wajar pada payudara seperti benjolan, lesung pada kulit, perbedaan tekstur atau warna kulit pada area tertentu dapat ditindaklanjuti dengan SADANIS (Periksa Payudara Klinis).  

Ibu Arini

"Sangat penting untuk diingat, bahwa SADARI tidak menggantikan peranan medis. Jika dilihat ada keganjalan pada payudara bisa segera dilakukan pemeriksaan medis" ujar ibu Arini. Untuk wanita di bawah 40 tahun bisa memeriksakan USG setiap 3 tahun sekali, sedangkan bagi wanita di atas 40 tahun bisa secara rutin (setahun sekali) menjalani pemeriksaan foto rontgen payudara (mamografi).

"Sering kali kanker tidak terdeteksi di permukaan tubuh, oleh karena itu penting untuk secara rutin memeriksakan diri melalui pelayanan medis. Semakin cepat diketahui, semakin besar kemungkinan untuk disembuhan," tutup ibu Arini.

Profil YKPI

Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta (YKPJ) didirikan pada tanggal 19 Agustus 2003 sebagai organisasi nirlaba yang merupakan mitra pemerintah untuk menggalakkan kegiatan penyuluhan dan penanggulangan kanker payudara di Jakarta. Sejak bulan Januari 2015 ini nama YKPJ secara resmi telah berganti nama menjadi Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI). Untuk informasi lebih lanjut bisa mengunjungi laman https://pitapink-ykpi.or.id.