Ia adalah pasien hemodialisa RSUD Kab. Tangerang sekaligus karyawati PT Propan Raya ICC. Namun secara otodidak, ia menemukan sukacita sejati dalam baking. Dalam profil Cookpadnya, ia menulis: "Sakit bukan halangan untuk tetap berkarya dan berbagi ilmu, tetap semangat dan berguna untuk diri sendiri dan orang lain." Inilah kisah Ati Agus Sapto, salah satu guru Cookpad Mengajar...
Sebelumnya, saya memang pernah belajar bikin video, buat konten di Youtube, hingga sharing secara online. Materi juga sudah siap - tetapi, awalnya diajak berpartisipasi di Cookpad Mengajar, saya ciut juga. Suami berkata untuk menguatkan, “Kamu pasti bisa”. Jadi, saya pun maju meski awalnya deg-degan.
Ada yang pernah berkata pada saya, bahwa sebagai pengajar, rasa percaya itu penting. Uniknya, saat pendaftaran kelas saya dibuka, justru yang jauh-jauh rumahnya atau di luar daerah malah lebih cepat merespons dan lebih antusias. Konon, itulah dampak dari rasa percaya.
Memang, setiap saya bikin sesuatu di Cookpad, pasti ada yang nanya caranya gimana? Nah dari situ saya harus belajar bikin video sendiri dari yang belum punya tripod, sampai akhirnya beli tripod, dan belajar menggunakannya sendiri. Ini semua butuh proses. Setelah kelas pertamaku yang offline, saya membuat grup WA selama seminggu agar peserta masih bisa tanya-tanya.
Bergabung dalam program Cookpad Mengajar, saya dibekali dengan pembinaan seputar cara susun materi - tadinya, saya pikir cukup dengan punya resep saja. Di kelas pertama, saya terpikir untuk mengundang para tetangga rumah dulu. Orang jauh se-Indonesia sudah diajarin, masa orang dekat nggak, gitu loh pikirku. Makanya pertama kali buka kelas offline, itu saya share di grup RT dan yang dekat-dekat sini. Yang daftar lima, tapi yang datang tiga - ada yang anaknya lagi tidurlah, dan lainnya.
Meski demikian, menurut saya kelas pertama bukanlah kelas yang sulit, biasa saja. Saya anggap kayak lagi ngerumpi saja, toh memang sudah sering ditanyain teman atau tetangga kalau saya habis posting resep di Cookpad. Dan saya emang gak pernah istilahnya pelit resep. Menurut saya, walaupun resepnya sama, kalau yang bikin beda orang, hasilnya pasti beda.
Nah ternyata untuk kelas yang keempat, ada 10 orang; dari yang tadinya hanya untuk tetangga dekat, kini dihadiri orang luar perumahan. Saya mengakui, nggak semua orang itu bisa hadir kelas offline; kedua, tidak semua mereka mau untuk beli bahan pembuatan kue, atau mungkin nggak tertarik pada baking. Niatnya memang beda-beda, ada yang ada niat, atau memang nggak ada waktu, saya juga nggak tau. Mungkin mereka pikir “Keliatan susah nih.” Saya sih kadang ngomong di kelas, “Lah kalo sudah bisa ngapain belajar? Justru karena belum bisa makanya kita belajar, bener gak???”
Entah mau diaplikasikan atau enggak terserah yang penting belajar dulu ya, betul kalo saya kepo sih…jadi saya belajar dulu. Ketika awal-awal di Cookpad juga gitu, ada kelas apapun selalu saya ikuti dan rajin setor resep hasil praktiknya.
Setelah berbagi inspirasi bersama Cookpad Mengajar, kesannya seru, jadi merasa dipercaya sebagai guru. Padahal kalau menilai diri sendiri, ilmuku juga masih cetek, tapi saya selalu cari tahu. Misalnya jenis-jenis tepung terigu, kalau orang yang nggak kenal baking itu pasti anggap semua tepung sama aja, tapi setelah saya riset bedanya, kin saya bisa jelaskan level-level tepung terigu ke orang lain.
Para peserta kelas saya biasanya share di Cooksnap dan mereka menunjukkan kesenangannya karena berhasil. Baru pertama kali bikin, eh langsung bisa. Ada yang juga yang ikut kelasnya berulang-ulang, sampai dia bisa terima pesanan. Kemaren ada yang lapor pas bikin bolen katanya dapet pesanan 60 buah. Seneng aja, rasanya apa yang saya ajarkan ada manfaatnya.
Kelas yang paling berkesan untuk saya adalah kelas karipap - kelasnya diadakan online dan saya coba berbayar. Kupikir nggak bakal ada yang daftar, eh nggak tahunya 30 orang. Emang sih nggak semuanya praktek paling separo tapi itu luar biasa buatku. Kelasnya ramai, ada peserta yang sampai praktik bikin berkali-kali. Bahkan ada yang dari Hong Kong!
Saya pikir, ternyata ngajar gini enak, nggak capek. Saya kan 4 tahun lagi pensiun nih, berarti bisa nih buat modal. Jadi istilahnya terbesit ide ini, semenjak saya diajak Cookpad untuk kelas dan mengajar. Apalagi suami mendukung, bantu merapikan tempat dan setting video. Kadang ada ngambeknya juga kalau saya keseringan bikin, hehehe. Habis, kalo pengen sesuatu kalau belum terlaksana itu belum bisa tidur dan masih kepikiran, jadi gemes.
Lima kelas Cookpad Mengajar sudah tuntas saya jalani, sepertinya saya masih akan lanjut mengajar. Dulu saya pernah bercita-cita buka toko kue bolu, karena memang suka bikin bolu dari SMP. Cuma setelah ikut Cookpada Mengajar ini, kok enakan ngajar ya nggak capek, tinggal share aja selesai. Dulu memang cita-citanya itu, sekarang udah agak berubah dikit nih, tapi bisa jadi dua-duanya jalan.
Saat sedang di rumah sakit, saya mikirnya, “Duh saya harus sehat nih, nanti mau bikin apa.” Biasanya saat proses hemodialisa sedang berlangsung, saya sambil mengedit video, kalo nggak sambil upload resep. Paling saya alihkan dengan itu.
Di hati ini, rasanya senang kalau habis mengajarkan sesuatu pada orang, terus mereka bisa mempraktikannya. Ada kepuasan tersendiri; jadi pengennya apa yang saya bisa, orang lain juga bisa.
Saya selalu bilang kepada teman-teman, kalau saya bisa seperti ini gara-gara Cookpad. Sejak pertama mengenal Cookpad tahun 2017, saya berkembang - dari foto resep yang tadinya ala-ala, jadi lebih rapi. Bergabung di komunitas, dapat banyak ilmu sampai bisa foto-foto dan menulis resep yang baik, terus bisa berkreasi.