Hari Pangan Sedunia jatuh pada 16 Oktober ini - bukan merayakan makanan atau metode, Cookpad ingin merayakan kamu. Iya, kamu yang memilih untuk memasak di dapur sendiri.
Setiap tangan yang memasak artinya sebuah kontribusi untuk dunia yang lebih baik. Saat memilih untuk memasak sendiri di rumah, kita berkontribusi memutar suplai rantai makanan. Secara luas, kita membantu para petani untuk terus menanam bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan masyarakat yang mengolah bahan tersebut juga berperan menjaga keanekaragaman bahan pangan secara berkelanjutan.
“Aku kerjanya sehari-hari ‘hanya’ masak aja.”
“Masak itu kan ‘cuma’ untuk ibu-ibu?”
Memasak bukanlah ‘hanya’ dan ‘cuma’. Mari kita lihat cerita #PilihMasak dari berbagai ragam lapisan masyarakat yang Cookpad Indonesia temui secara langsung berikut ini:
Yuni Kurniasih, 59 tahun, IRT & juru masak pondok pesantren
“Sehari 3x, mamah memasak untuk pondok, dan sekali masak 50 porsi sehingga total ada 150 porsi masakan tiap harinya. Momen yang paling berkesan di dapur? Banyak, ketika kita masak sudah terasa wangi, anak-anak itu sudah ke dapur, nengokin “Masak apa sih bun? Masak apa sih bun?” Pokoknya seru! Jadi mereka pengen tau apa sih makanannya, karena mamah masak pagi siang sore tuh beda-beda menu, jadi mereka excited untuk melihat apa sih yang mau dimakan. Jadi mereka nungguin orang masak.”
“Masak itu yang pertama hemat, terutama dalam jumlah besar, kemudian kebersihan bisa lebih mamah jaga.”
Aang Hudaya, 32 tahun, Kepala General Affair di Lembaga Pengembangan Insani
“Dalam sehari biasanya saya menghabiskan waktu 30 sampai 60 menit di dapur tergantung masaknya masak apa; kalau masak sayur bayam, mungkin 10 menit selesai, tapi kalau yang agak kompleks itu membutuhkan waktu yang agak lama.”
"Saya lebih sering masak di weekend, karena di weekdays waktunya lebih sempit. Kalau weekend, bisa sambil ke kebun, panen, kemudian masak menu yang lebih rumit dengan bahan yang lebih banyak.”
“Momen Sabtu atau Minggu biasanya untuk kumpul bersama keluarga, dan salah satu kegiatannya masak. Anak atau istri biasanya request, “Tolong dong masakin pepes ikan” ini tentu memerlukan waktu yang panjang ya, dan bahan-bahan yang lebih banyak.”
“Bagi saya, momen paling berkesan di dapur itu ketika masakannya enak, kemudian anak istri pada suka, sampai minta nambah lagi. Nah ini yang buat berkesan karena tujuan dari masak supaya masakan kita itu betul-betul dinikmati oleh keluarga. Ini merupakan momen spesial karena masakan kita ludes bahkan jadi rebutan orang-orang yang menikmati masakan kita.”
“Alasan saya memasak yaitu untuk healing ya, jadi setelah seharian di kantor Senin sampai Jumat bekerja, memasak di akhir pekan masak jadi salah satu sarana untuk refresh dan bersantai; juga cara sederhana untuk membahagiakan anak dan istri di rumah.”
Siska Dian, 44 tahun, Bekasi, Entrepreneur UMKM Online
“Awal-mula memutuskan untuk baking itu karena “terpaksa” - saya suka jajan, tapi kalau jajan itu agak boros. Akhirnya saya mencoba memberanikan diri untuk mengolah suatu bahan jadi beraneka kue. Ternyata, kini jadi bakulan online.”
“Bakulan online ini waktunya fleksibel, kalau ada orderan untuk pagi dini hari, maka persiapannya dilakukan malam hari. Kurang lebih saya bisa menghabiskan sekitar 6-8 jam di dapur dalam sehari.”
“Momen berkesan di dapur itu ketika terima orderan, lalu seperti biasa membuat dengan adonan yang sama, tapi hasilnya terkadang ada yang tidak berhasil! Mau nggak mau, kita harus mengulang, lalu menenangkan diri, fokus, dengan waktu yang dikejar-kejar dan alhamdulillah bisa.”
“Aku lebih #PilihMasak dibanding beli karena hemat biaya, lebih bervariasi, kebersihan makanan untuk anak-anak juga lebih terjamin. Anak-anakku suka jajan, jadi mau nggak mau harus bisa mengolah masakan untuk menghemat jajan mereka. Ya, karena saya sayang dengan anak-anak, jadinya saya #PilihMasak!”
Julie Sri Kustianingsih, 46 tahun, Bekasi, Single Mom
“Kegiatan dapurku sehari-hari, pagi sesudah subuh jam 5, aku sudah mulai masak untuk sarapan yang mudah dulu. Ketika sudah sarapan, aku baru buat untuk bekal untuk anak-anak sekolah, terus sekitar abis ashar aku baru mulai masak lagi untuk makan sore atau malam.”
“Saat akhir pekan tiba, anak-anak kumpul di rumah; biasanya aku masaknya lebih lama dan coba masak yang lebih susah resepnya. Kalau dulu kan kami suka makan di luar, namun karena pandemi anak-anak milih di rumah; jadi kami coba resep-resep masakan yang ada di restoran tapi bisa dimasak di rumah juga, dengan melibatkan anak-anak. Biasanya, dalam proses memasak, kami bareng-bareng.”
“Momen paling berkesan bagiku adalah masak bareng anak-anak ketika kami masih berkumpul bersama. Sekarang mereka sudah ngekost karena kuliah di luar kota. Ternyata yang biasa kami lakukan di rumah, mereka bisa aplikasikan di tempat kost juga, akhirnya merek pilih masak juga, nggak jajan di luar.”
“Saya lebih #PilihMasak karena lebih higienis, kita bisa pilih bahan masakan sendiri, terus pengolahannya juga sudah jelas kebersihannya; yang pasti jauh lebih hemat dibanding harus beli atau pesan dari luar. Selain itu alasan utama saya adalah untuk quality time sama anak-anak.”
Raissalma, 16 tahun, Depok, pelajar SMA
“Memasak di rumah biasanya saya lakukan jika mama lagi sibuk, jadi saya iseng-iseng masak. Biasanya saya menghabiskan waktu di dapur saat akhir pekan, kadang-kadang juga weekday abis sekolah atau kalau lagi nggak ada sekolah.”
“Salah satu momen dapur yang berkesan, ketika bereksperimen bikin cookies; ternyata hasilnya agak keras karena terlalu lama di oven. Tapi bagiku, aktivitas dapur tetaplah seru. Dari dulu mama suka masak dan baking, jadi aku suka bantuin dan sekarang suka bereksperimen sendiri.”
“Ya, aku suka bereksperimen dengan hal baru dan suka yang manis-manis, itulah alasanku #PilihMasak.”
Trixie Gayatri, 49 tahun, Depok, ASN
“Sebelum pergi ke kantor, biasanya saya menyiapkan bekal untuk sendiri dan untuk anak-anak makan siang di sekolah. Kemudian sampai sore di kantor dan sampai di rumah sekitar maghrib, kebetulan saya ada usaha sampingan juga terima pesanan makanan sehat. Kemudian saya racik-racik dari malam, paginya saya langsung saya eksekusi.”
“Kalau weekend saatnya saya eksplor lebih banyak waktu di dapur, menyempatkan untuk mencoba resep baru atau menyiapkan masakan yang lebih spesial dibanding hari biasa.”
“Kenapa pilih masak? Karena saya percaya bahwa kesehatan keluarga itu berawal dari rumah, semua makanan yang dimasak sendiri akan terjaga higienisnya; rasa juga bisa disesuaikan dengan selera keluarga, selain itu juga lebih hemat. Dan sebagai me time juga untuk saya!”
Grace, 25 tahun, Bogor, mahasiswa
“Pagi sampai malem itu pasti ada kuliah, saat pulang biasanya mandi, beres-beres rumah, terus masak. Pagi hari, saat mama belum sempat belanja, saya masak dulu buat sarapan; kadang siapkan bekal juga.”
“Saat mama lagi nggak masak, biasanya aku siapkan lauk dengan bahan yang ada di kulkas saja. Hal yang paling nggak terlupakan, saat lagi menggoreng tempe lalu saya tinggal sebentar main HP untuk nunggu minyaknya panas. Tahu-tahunya, sudah gosong pas dibalik! Paling deg-degan juga tuh goreng ikan, karena nyiprat kemana-mana. Meski begitu saya tetap #PilihMasak karena hemat, kalau mau nambah juga gratis.”
Bayu Saputra, 28 tahun, Jakarta, Office Boy
“Dari dulu, sejak sebelum menikah, saya sudah suka masak. Hal pertama yang saya buat dulu donat. Kesan saya, ada anggapan kalau pria itu lebih jarang memasak dibandingkan perempuan; dan itu merupakan suatu tantangan buat saya.”
“Kegiatan sehari-hari, dari pagi berangkat kerja masuk jam 9 pulang jam 5, keluar kantor paling abis isya, di rumah paling main sama anak, sekitar jam 11 tidur. Bangun lagi sekitar jam setengah 3, saya lalu ke pasar, buat siapin dagangan di rumah. Pagi sesudah siap semua dagangan, baru berangkat lagi. Di rumah saya dagangnya masakan juga, yaitu ayam geprek.”
“Masak itu buat saya adalah suatu tantangan, di mana kita apalagi sebagai pria, harus berani masak.”
Seperti apa cerita #PilihMasak dari orang-orang lain? Baca resepnya dan dapatkan inspirasinya! Cek juga #ChooseToCook untuk tahu cerita serupa dari berbagai penjuru dunia, bersama komunitas Cookpad yang tersebar di 79 negara. Selamat Hari Pangan Sedunia untuk kita semua!